Koneksi Antar Materi - Modul 2.3 Coaching Untuk Supervisi Akademik
Nama :Suprapto
CGP Angkatan : 5
Coaching
dalam konteks pendidikan merupakan salah satu bentuk kegiatan “menuntun” belajar
siswa untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan kekuatan kodrat yang dimiliki
masing-masing siswa. Guru yang menjadi “pamong” harus mampu memberikan tuntunan
kepada siswa melalui beragam pertanyaan yang reflektif yang mampu menggali
potensi yang dimiliki oleh siswa.
Koneksi materi modul ini
dengan modul-modul yang ada sebelumnya adalah:
2.1 Modul Pembelajaran
Berdiferensiasi
Pembelajaran
diferensiasi yaitu kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan mengakomodir
pemenuhan kebutuhan belajar siswa di kelas pada setiap individu. Kegiatan
memetakan kebutuhan belajar siswa perlu dilakukan untuk mengetahui kebutuhan
belajar siswa yang meliputi tiga aspek yaitu aspek kesiapan, minat dan profil murid. Ketiga
aspek dari kebutuhan belajar siswa dapat diidentifikasi salah satunya melalui pembicaraan
coaching yang dilakukan antara guru dan siswa. Melalui proses coaching ini
diharapkan tujuan pembelajaran diferensiasi dapat tercapai secara optimal.
Sejatinya pembelajaran berdiferensiasi berakar pada usaha pemenuhan kebutuhan
belajar murid dan guru merespon kebutuhan belajar murid tersebut, salah satunya
melalui percakapan coaching.
2.2 Modul Pembelajaran
Sosial Emosional (PSE)
Pembelajaran
Sosial Emosional (PSE) merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan secara
kolaboratif yang melibatkan seluruh komunitas sekolah. Melalui proses
kolaboratif memungkinkan anak dan orang dewasa memdapat dan mengimplementasikan
di sekolah terkait pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek
sosial emosional. Adapun tujuan dari Pembelajaran Sosial Emosioanal antara lain
memberikan pemahaman, penghayatan dan kemampuan untuk mengelola emosi, menetapkan
dan mencapai tujuan positif, merasakan dan menunjukkan empati kepada orang
lain, membangun dan mempertahankan hubungan yang positif serta membuat
keputusan yang bertanggung jawab. Pembelajaran Sosial Emosional berbasis
kesadaran penuh bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan komunitas sekolah atau
yang disebut sebagai well-being. Adapun Kompetensi Sosial Emosional (KSE)
antara lain kesadaran diri (pengenalan emosi), pengelolaan diri (pengenalan
emosi dan fokus), kesadaran diri (empati), keterampilan sosial (resiliensi) dan
pengambilan keputusan yang bertanggungjawab. Kompetensi Sosial Emosional (KSE)
dapat digali dengan menggunakan percakapan coaching. Melalui proses coaching
maka kompetensi sosial emosional dapat lebih berkembang.
A. Pemikiran reflektif terkait pengalaman belajar
Setelah mempelajari modul ini tentang Coaching untuk Supervisi Akademik perlu bagi saya melakukan refleksi terhadap apa yang saya pelajari dan apa yang saya implementasikan agar saya dapat melakukan perbaikan-perbaikan dari hasl evaluasi yang saya lakukan. Berikut poin-poin penting dalam refleksi saya, antara lain adalah:
1. Pengalaman/materi pembelajaran yang baru saja diperoleh pada paket modul 2.3 Coaching untuk Supervisi Akademik. Coaching ini memberikan pengalaman yang berbeda terhadap pengembangan kompetensi lainnya. Supervisi akademik biasanya dilakukan oleh kepala sekolah untuk mensupervisi guru-guru di sekolah ketika melaksanakan pembelajaran. Namun, supervise yang dilakukan sebagain hanya untuk tuntutan kewajiban dan belum menyentuh akar permasalahan yang dihadapi oleh guru.Oleh karena itu perlu adanya Coaching untuk supervise akademik yang berfungsi untuk menggalai potensi yang ada pada guru serta memberikkan solusi atas permasalahan yang terjadi.
2. Emosi-emosi yang dirasakan terkait pengalaman belajar adalah saya merasa senang dan termotivasi dalam mempelajari dan mengemplementasikan materi ini. Menurut saya materi ini sangat penting dalam membekali saya ketika menjumpai permasalahan yang dapat diselesaikan dengan cara Coaching. Ketika saya mengimplementasikan di kelas bersama anak-anak terlihat anak semangat dan antusias dalam memberikan solusi atas permasalahan yang dihadapinya. Hal tersebut membuat saya ingin selalu melakukan perubahan sebagai pemimpin pembelajaran di kelas.
3. Yang sudah baik berkaitan dengan keterlibatan diri saya dalam proses belajar adalah telah melakukan praktik baik bersama dengan CGP lainnya terkait dengan percakapan Coaching. Praktik baik ini dilakukan saling bergantian saling berbagi pera antara Pengamat, Coach dan Coachee. Dari hasil praktik baik tersebut, saya melakukan refleksi bersama-sama dengan CGP lainnya untuk melakukan perbaikan-perbaikan ke depan.
4. Yang perlu diperbaiki terkait dengan keterlibatan saya dalam proses belajar adalah pengembangan kompetensi dan prinsip-prinsip Coaching. Pengembangan kompetensi coaching meliputi presence (hadir sepenuh hati), mendegarkan aktif dan memberikan pertanyaan berbobot. Prinsip-prinsip Coaching meliputi kemitraan, proses kreatif, dan memaksimalkan potensi. Hal tersebut perlu terus dikembangkan agar dapat melaksanakan percakapan Coaching dengan lebih baik lagi kedepannya.
5. Keterkaitan terhadap
kompetensi dan kematangan diri pribadi adalah ketika meningkatnya kompetensi
diri dengan melakukan beragam praktik baik maka berpengaruh terhadap kematangan
diri. Kompetensi terkait dengan perkembangan kemampuan atau potensi diri sedangkan
kematangan diri terkait dengan sikap emosi yang dimiliki oleh seseorang. Semakin
bertambah kompetensi yang kita miliki maka diharapkan emosi kita akan lebih
matang dan kita lebih dapat mengendalikan emosinya.
B. Analisis untuk implementasi dalam konteks CGP
Dari refleksi yang saya lakukan, saya mencoba menjelaskan hasil analisis terkait topik dengan indikator sebagai berikut:
1. Memunculkan pertanyaan kritis yang berhubungan dengan konsep materi dan menggalinya lebih jauh. Bahwa konsep materi terkait dengan modul ini yaitu Coaching mempunyai peran yang vital untuk menggali potensi yang dimiliki orang lain (baik siswa maupun rekan sejawat di sekolah). Melalui percakapan Coaching juga menghasilkan solusi terbaik dari masalah yang dihadapi. Oleh karena itu, materi ini memunculkan ide atau gagasan bahkan dapat menghadirkan pertanyaan-pertanyaan yang kritis terkait dengan materi dan mengulasnya lebih mendalam lagi.
2. Mengolah materi yang dipelajari dengan pemikiran pribadi sehingga tergali wawasan (insight) baru. Bahwa materi pada modul ini perlu untuk dikembangkan lebih jauh sehingga memunculkan pengetahuan baru. Materi yang didapat juga perlu untuk diimplementasikan di kelas atau di sekolah sehingga dapat meningkatkan konpetensi yang kita miliki.
3. Tantangan yang saya hadapi adalah rekan-rekan guru yang belum terbiasa dengan percakapan Coaching berakibat susahnya melaksanakan percakapan Coaching dengan alur TIRTA sehingga sulit mengidentifikasi masalah yang ada. Dalam Coaching sendiri pada prinsipnya tidak harus fokus pada masalah yang berat, tapi dapat juga pada masalah yang ringan dan terjadi di sekitar kita
4. Alternatif solusi terhadap tantangan yang diidentifikasi adalah berbagi
praktik baik dan pengalaman terhadap rekan sejawat. Melakukan percakapan coaching yang kita mulai dari kita dan komunitas kemudian berimbas pada komunitas-komunitas lainnya.
No comments:
Post a Comment