Rangkuman Koneksi Antar Materi - Modul 3.1
Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin
Nama : Suprapto
CGP : Angkatan 5
Berikut Disajika Panduan Pertanyaan untuk Membuat Rangkuman Kesimpulan Pembelajaran Modul 3.1:
1. Bagaimana filosofi Ki Hajar
Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan
penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Filosofi Ki
Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka yang itu “Ing
Ngarso Sung Tuladha, Ing Madyo Mangun Karsa, Tut Wuri Handayan” terkait
erat dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin. Ing
Ngarso Sung Tulodho artinya bahwa seorang guru harus mampu menjadi teladan yang
baik terhadap siswa dan lingkungannya. Selain itu, seorang guru harus mampu
menjadi panutan dan memberikan praktik baik kepada para siswanya. Pengambilan
keputusan yang dilakukan oleh seorang guru harus melalui karsa atau usaha yang
keras dengan pertimbangan yang matang agar keputusan dapat diambil secara tepat
sebagai solusi dari akar permasalahan yang ada sebagai wujud filosofi Pratap
Triloka “Ing Madyo Mangun Karsa.” Selain itu guru diharapkan mampu memotivasi
siswa agar siswa mampu dengan daya dan upayanya menyelesaikan masalah yang
dihadapinya. Pada filosofi Pratap Triloka Tut Wuri Handayani bahwa guru menjadi
Pamong yang mampu mengarahkan siswanya agar
mencapai kebahagiaan sesuai dengan kekuatan kodrat yang dimiikinya masing-masing.
2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam
diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan
suatu keputusan?
Seyogyanya seorang guru memiliki nilai-nilai positif yang sudah tertanam dan mendarah daging dalam dirinya. Nilai-nilai positif yang ada dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan. Nilai-nilai positif dalam diri kita antara lain adalah mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid. Melalui nilai-nilai ini, dapat menjadi bekal seorang pendidik untuk melakukan pengambilan keputusan secara cepat dan tepat. Nilai-nilai tersebut akan berpengaruh pada prinsip-prinsip pengambilan keputusan yang mengandung unsur-unsur dilema etika atau bujukan moral. Dilema etika artinya kasus-kasus yang menuntut kita memilih salah satu keputusan dari dua pilihan yang secara logika dan rasa memiliki nilai kebenaran. Sedangkan bujukan moral yaitu situasi diantara dua pilihan antara benar dan salah.
Terdapat empat paradigma dilema etika antara lain individu lawan kelompok (Individual vs community), Rasa keadalian lawan rasa kasihan (justice vs mercy), kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty), dan jangka panjang lawan jangka pendek (shorterm vs long terms). Sedangkan prinsip-prinsip pengambilan keputusan antara lain berpikir berbasis hasil akhir, berpikir berbasis peraturan serta berpikir berbasis rasa peduli.
Keputusan yang diambil harus berdasarkan
nilai-nilai yang kita pegang teguh dan nilai-nilai kebajikan universal yang
berlaku. Selain itu, keputusan yang kita ambil harus berdampak positif bagi
lingkungan sekitar terutama keberpihakan kepada anak didik.
3. Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.
Coaching merupakan bentuk keterampilan menggali suatu masalah antara Coach dan Coachee baik yang terjadi dalam kita diri ataupun orang lain sehingga seorang coachee mampu memberikan solusi atau jawaban atas permasalahan yang mereka hadapi. Coaching dengan langkah-langkah TIRTA dapat digunakan dalam percakapan coaching. Melalui langkah-langkah TIRTA kita dapat melakukan identifikasi masalah secara mendalam dan memecahkan masalah secara sistematis. Coaching dengan alur TIRTA dapat dintegrasika dengan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan sehingga menghasilkan keputusan cepat dan tepat. Coaching dengan alur TIRTA dengan beberapa tahapan antara lain T (Tujuan), I (Identifikasi masalah), R (Rencana Aksi), TA (Tanggung Jawab).
Fasilitator dan Pengajar Praktik (PP) memberikan
pendampingan dan bimbingan terhadap saya untuk mengambil keputusan yang
berpihak pada murid, sesuai dengan nilai-nilai kebajikan universal dan dapat
dipertanggungjawabkan. Pengambilan
keputusan yang dilakukan dengan coaching menggunakan alur
TIRTA dirasa lebih efektif untuk memberikan solusi atau jawaban dari
permasalahan yang ada.
4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan
menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu
keputusan khususnya masalah dilema etika?
Sebagai pemimpin pembelajaran di kelas, maka
kita harus mampu mengelola pembelajaran dengan baik yang berpihak pada murid.
Seorang guru harus mampu mengakomodir segala perbedaan yang dimiliki oleh murid
dengan cara melakukan identifikasi terhadap sumber belajar, gaya belajar, minat
belajar sehingga murid mendapatkan pembelajaran yang menyenangkan dan sesuai
profil belajar masing-masing. Selain itu, pembelajaran yang dilakukan oleh guru
juga harus memperhatikan aspek sosial emosional sehingga murid lebih siap dalam
belajar.
Kemampuan guru terhadap pengelolaan dan
menyadari aspek sosial emosionalnya tersebut berpengaruh terhadap keterampilan
pelaksanaan pengambilan keputusan terutama pada masalah dilema etika. Apabila
seorang guru dapat mengelola dan menyadari aspek sosial emosioanalnya dengan
baik dan benar, maka guru tersebut akan mampu membuat keputusan tentang kasus
delima etika dengan cepat dan tepat sesuai dengan empat paradigma dilema etika,
tiga prinsip dan sembilan langkah pengambilan keputusan. Kompetensi sosial
emosional dapat mendorong guru fokus dalam mengambil keputusan yang tepat dan
bijak sesuai dengan nilai-nilai universal serta dapat dipertanggungjawabkan.
5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Nilai-nilai yang dianut seorang pendidik
mempengaruhi pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika.
Apabila seorang pendidik dihadapkan pada kasus masalah moral atau etika, maka
keputusan yang diambil akan sesuai dengan nilai-nilai yang dianutnya.
Nilai-nilai yang dianutnya tersebut akan berpengaruh bagaimana seorang pendidik
mengambil keputusan. Apabila nilai-nilai yang dianutnya adalah nilai positif,
maka keputusan yang diambil tersebut akan sesuai dengan nilai-nili kebajikan
universal dan dapat dipertanggungjawabkan. Adapun nilai-nilai yang dianut
oleh guru penggerak adalah reflektif, mandiri, inovatif, kolaboratif dan berpihak
pada anak didik. Nilai tersebut dapat mempengaruhi bagi guru dalam
menyelesaikan masalah yang terkait dengan dilema atika atau bujukan moral sehingga
mampu membuat keputusan yang tepat berpihak pada murid, sesuai dengan nilai universal
dan dapat dipertanggung jawabkan.
6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat,
tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan
nyaman?
Pengambilan keputusan yang tepat harus mempertimbangkan dampak positif pada lingkungan diantaranya berpihak pada murid, sesuai nilai-nilai kebajikan universal dan dapat dipertanggungjawabkan. Keputusan diambil melalui identifikasi masalah melalui empat paradigma dilema etika, tiga prinsip dan sembilan langkah pengambilan keputusan.
7. Apakah tantangan-tantangan di
lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap
kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma
di lingkungan Anda?
Tantangan di lingkungan saya untuk dapat
menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika diantaranya
adalah keterampilan pengambilan keputusan kasus dilema etika yang perlu dilatih
terus sehingga menghasilkan keputusan yang tepat, belum berubahnya paradigma
dan budaya sekolah yang belum mempertimbangkan keberpihakan pada siswa dalam
pengambilan keputusan, belum adanya komitmen warga sekolah untuk menjalankan
keputusan bersama serta keputusan yang diambil belum sepenuhnya melibatkan guru
sehingga memunculkan kendala pada saat penerapannya.
Menurut saya terdapat ada keterkaitan dengan perubahan paradigma di lingkungan yaitu pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika berdasarkan pada keberpihakan pada murid, sesuai
dengan nilai-nilai universal serta dapat dipertanggungjawabkan.
8. Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang
kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana
kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang
berbeda-beda?
Pengaruh
pengambilan keputusan yang kita ambil dengan pengajaran yang memerdekakan
murid-murid kita adalah bahwa hasil
pengambilan keputusan akan berdampak postif terhadap murid, menghasilkan keputusan
yang berpihak pada murid, keputusan yang memberikan kesempatan murid dapat
berkembang bakat, minat dan potensinya sesuai dengan kekuatan kodrat yang
dimilikinya. Selain itu juga, keputusan yang diambil juga dapat mengakomomodir kebutuhan
belajar dan profil belajar murid sehingga pembelajaran diferensiasi dapat
dilaksanakan dengan baik.
9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam
mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan
murid-muridnya?
Pemimpin pembelajaran harus mampu mengambil keputusan yang berpihak pada murid, sesuai dengan nilai-nilai universal dan dapat dipertanggugjawabkan sehingga keputusan yang diambil memberikan manfaat dan berdampak positif terhadap kehidupan atau masa depan murid. Selain itu, pemimpin pembelajaran juga harus dapat memilah dan memilih keputusan yang berdampak jangka panjang atas perkembangan murid dan mendahulukan keputusan yang membutuhkan respon dan solusi cepat, tepat untuk kepentingan murid. Pemimpin pembelajaran seyogyanya harus mampu mengambil keputusan yang memerdekakan dan berpihak pada murid sehingga murid-murid dapat tumbuh sebagi manusia yang kreatif, inovatif dan merdeka yang dapat mengambil keputusan atas permasalahan yang dihadapi dengan tepat.
10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda
tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul
sebelumnya?
Kesimpulannya adalah bahwa kemampuan pengambilan
keputusan merupakan kompetensi atau keterampilan yang perlu di asah terus-menerus
berdasarkan atas filosofi Ki Hajar Dewantara sebagai pemimpin pembelajaran.
Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh
pemimpin pembelajaran hendaknya mengacu pada budaya postif yang ada di sekolah.
Selain itu, pengambilan keputusan terhadap visi guru penggerak harus didasarkan
pada alur BAGJA sehingga mudah untuk diimplementasikannya sehingga tercipta
lingkungan sekolah yang aman, nyaman dan memiliki disiplin positif (well-being).
Seorang guru juga harus mampu mengambil keputusan
dengan memiliki kesadaran penuh (mindfullness) sehingga keputusan yang
diambil dapat membentuk karakter profil pelajar pancasila. Keputusan yang
diambil harus sesuai dengan permasalahan yang ada serta mempertimbangkan dampak
dari keputusan tersebut.
Oleh karena itu, dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran seyogyanya harus didasarkan pada identifikasi kasus dilema etika dan bujukan moral, empat paradigma pengambilan keputusan, tiga prinsip pengambilan keputusan, dan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan sehingga keputusan dapat berpihak pada murid, sesuai dengan nilai-nilai universal dan dapat dipertanggungjawabkan demi terwujudnya merdeka belajar.
11. Sejauh mana pemahaman Anda tentang
konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan
bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan
keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal
yang menurut Anda di luar dugaan?
Ada, terkadang kita mengambil keputusan dihadapkan pada situasi yang sulit karena sama sama benar. Namun demikian, terkadang kita juga dengan rasa kemanusiaan mengambil keputusan yang lebih ngengedepankan rasa kasihan atau kepedulian daripada rasa keadalian. Keterampilan pengambilan keputusan ini harus kita asah sehingga kita dapat mengambil secara cepat dan tepat sesuai dengan permasalahan yang ada.
12. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda
menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema?
Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Pernah, menurut saya bedanya adalah dengan mempelajari modul ini kita lebih memahami konsep dan mudah mengimplemetasikan pengambilan keputusan dengan lebih sitematis terkait kasus dilema etika dan bujukan moral, empat paradigma pengambilan keputusan, tiga prinsip pengambilan keputusan, dan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan sehingga keputusan yang diambil dapat berpihak pada murid, sesuai dengan nilai-nilai kebajikan universal dan dapat dipertanggungjawabkan.
13. Bagaimana dampak mempelajari konsep ini
buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil
keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Dampak sebelum mempelajari modul ini terkait
pengambilan keputusan adalah keputusan yang diambil belum sepenuhnya berpihak
pada murid, belum sepenuhnya sesuai dengan nilai-nilai universal dan belum
sepenuhnya dapat dipertanggungjawabkan. Pengambilan keputusan hanya sebatas
persepsi pribadi belum mempertimbangkan dampak dari pengambilan keputusan
tersebut.
Namun setelah mempelajari modul ini, pengambilan
keputusan sudah lebih fokus. Keputusan diambil dengan mempertimbangkan dilema etika dan bujukan moral, empat paradigma
pengambilan keputusan, tiga prinsip pengambilan keputusan, dan sembilan langkah
pengambilan dan pengujian keputusan. Keputusan yang diambil
juga sesuai dengan masalah dan mempertimbangkan dampak dari keputusan tersebut.
Selain itu, keputusan yang diambil berpihak pada murid, sesuai dengan
nilai-nilai universal dan dapat dipertanggungjawabkan.
14. Seberapa penting mempelajari topik modul ini
bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Menurut saya sangat penting sekali, karena sebagai
seorang pemimpin akan dihadapkan beragam permasalahan. Seorang pemimpin harus
cakap dalam mengambil keputusan. Oleh karena itu, pengambilan keputusan
merupakan bentuk keterampilan yang terus dilatih dan diasah sehingga keputusan
yang diambil sesuai dengan permasalahan dan berdampak positif bagi lingkungan
terutama berpihak pada murid, sesuai dengan nilai-nilai universal dan dapat
dipertanggungjawabkan. Modul ini memberikan solusi untuk memecahkan masalah
secara sistematis dan terukur mulai dari identifikasi kasus etika dan bujukan moral, empat paradigma
pengambilan keputusan, tiga prinsip pengambilan keputusan, dan sembilan langkah
pengambilan dan pengujian keputusan.