Wednesday, September 14, 2022

 1.4.a.9.1. Aksi Nyata Modul 1.4 - Forum Berbagi Aksi Nyata

Nama CGP : Suprapto

Angkatan    : 5

Tujuan Pembelajaran Khusus

CGP dapat menyampaikan pembelajaran dari penerapan konsep inti dari modul budaya positif serta pemahaman mereka mengenai konsep-konsep inti dalam modul Budaya Positif.  

 

Beragam cara dapat dilakukan untuk menumbuhkembangkan karakter Profil Pelajar Pancasila kepada murid diantaranya melalui membangun budaya positif yang berorientasi kepada murid, membangun keyakinan atau visi sekolah yang dapat mengembangkan budaya positif murid.

Ki Hadjar Dewantara mengumpamakan sekolah sebagai sebuah ladang tempat persemaian bibit, agar bibit bisa perkembang secara maksimal maka petani dapat memperbaiki kondisi tanah, memelihara bibit tanaman, memberi pupuk dan air, membasmi ulat-ulat atau jamur-jamur yang mengganggu hidup bibit tanaman dan lain sebagainya.

Berdasarkan filosofi di atas, bahwa sekolah sebagai tempat untuk menumbuhkembangkan karakter anak. Apabila selalu dijaga, dirawat, maka anak akan tumbuh menjadi generasi yang memiliki karakter yang unggul.Guru harus mengusahakan sekolah menjadi lingkungan yang menyenangkan, menjaga, dan melindungi murid dari hal-hal yang tidak baik. Dengan demikian, karakter murid tumbuh dengan baik sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila.

Budaya positif perlu terus ditumbuhkembangkan oleh seluruh warga sekolah agar tercipta lingkungan belajar yang menyenangkan dan mengembangkan karakter Profil Pelajar Pancasila.  

Budaya positif yang di lakukan di sekolah antara lain budaya salam, menjaga kelestarian lingkungan, menaati kesepakatan kelas dan lain-lain.

Dalam mewujudkan budaya positif perlu adanya disiplin positif. Oleh karena itu, kita akan belajar tentang perubahan paradigma belajar, disiplin positif, motivasi perilaku manusia, kebutuhan dasar, posisi kontrol restitusi serta keyakinan kelas dan segitiga restitusi.

a. Perubahan paradigma belajar

Melakukan perubahan yang baik adalah dimulai dari diri sendiri. Guru harus menjadi teladan bagi muridnya di sekolah.

Belajar untuk mempertahankan prinsip yang kita miliki, walaupun penuh dengan godaan. Kalau kita memegang teguh apa yang menjadi keyakinan kita akan tetap dipertahankan. Demikian juga budaya positif akan bisa dilakukan jika seorang guru bisa konsisten memberikan contoh positif kepada murid dan lingkungan sekolah.

b. Disiplin positif

Seseorang yang mempunyai karakter disiplin diri, artinya ia akan bertanggung jawab sepenuh hati atas apa yang ia lakukan  dengan mendasarkan tindakan mereka pada nilai-nilai kebajikan universal.

Disiplin positif yang dimiliki seseorang sangat berpengaruh terhadap motivasi internal seseorang tersebut, baik dalam berprilaku maupun bersikap sesuai dengan nilai-nilai kebajikan universal.

Tugas seorang pendidik adalah memberikan bimbingan kepada murid untuk mempunyai kesadaran disiplin diri yang berasal dari dirinya. Murid yang melakukan disiplin positif tidak terlepas dari motivasi yang ingin dicapai oleh murid itu sendiri.

c. Motivasi perilaku manusia

Motivasi yang terus ditumbuhkembangkan kepada murid adalah motivasi intrinsik karena memiliki dampak jangka panjang. Selain itu motivasi tersebut tidak akan terpengaruh pada adanya hukuman atau hadiah. Murid akan berprilaku baik dan sesuai dengan nilai-nilai kebajikan karena mereka ingin menjadi orang yang selalu menjunjung tinggi nilai-nilai yang mereka hargai.

d. Kebutuhan dasar

Terdapat kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi, antara lain bertahan hidup, kasih sayang dan rasa diterima, penguasaan, kebebasan, kesenangan. Semua apa yang dilakukan manusia, baik baik atau buruk pada dasarnya mempunyai tujuan. Oleh karena itu, ketika kita sebagai pendidik menghadapi masalah dengan anak, maka perlu kita identifikasi masalahnya terlebih dahulu untuk mengetahui kebutuhan dasar yang mungkin belum terpenuhi oleh anak tersebut. Sehingga, kita bisa memberikan solusi yang tepat dengan memberikan kebutuhan dasar yang sesuai dengan anak tersebut.

 e. Posisi kontrol restitusi

Terdapat lima posisi kontrol, antara lain adalah posisi penghukum, pembuat orang merasa bersalah, teman, pemantau, manajer. Posisi kontrol yang ideal adalah sebagai manajer karena menggunakan pendekatan yang lebih humanis dan pendekatan komunikasi. Posisi kontrol manajer lebih menekankan pada upaya memperbaiki diri dari kesalahan yang telah ia lakukan.

f. Keyakinan kelas dan segitiga restitusi

Lingkungan positif dapat dibangun dari tindakan atau perilaku warganya. Perilaku positif warga kelas akan menjadi kebiasaan, yang pada akhirnya dapat membentuk budaya positif. Agar warga kelas memiliki budaya positif maka yang perlu dilakukan adalah membuat keyakinan atau kesepakatan kelas diantara seluruh warga kelas untuk mendapatkan nilai-nilai kebajikan yang disepakati bersama.

Segitiga restitusi terdiri atas tiga tahapan, yaitu tahap menstabilkan identitas, tahap validasi tindakan yang salah, dan tahap menanyakan keyakinan. Melalui penanganan masalah terkait anak di sekolah dapat menggunakan segitiga restitusi. Melalui segitiga restitusi, maka siswa diberikan kesempatan untuk memberikan solusi atas permasalahan yang ia hadapi.

 

 Contoh Beberapa Aksi Nyata Budaya Positif di Sekolah

 


Gambar. Membuat Kesepakatan Kelas Bersama Siswa



Gambar. Belajar Cinta Lingkungan Hidup



Gambar. Siswa Berliterasi di Pojok Literasi



Gambar. Budaya Salam di Sekolah


Gambar. Berdoa Bersama Sebelum Makan



Tuesday, September 6, 2022

Nama  : Suprapto

CGP    : Angkatan 5 

Koneksi Antar Materi Modul 2.1 

Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi

Koneksi antar materi Modul 2.1 berisikan kesimpulan tentang apa yang dimaksud dengan pembelajaran berdiferensiasi dan bagaimana hal ini dapat dilakukan di kelas. Serta bagaimana pembelajaran berdiferensiasi dapat memenuhi kebutuhan belajar murid dan membantu mencapai hasil belajar yang optimal. Kemudian menjelaskan keterkaitan antara materi dalam modul ini dengan modul lain di Program Pendidikan Guru Penggerak. 

1) Kesimpulan tentang apa yang dimaksud dengan pembelajaran berdiferensiasi dan bagaimana hal ini dapat dilakukan di kelas.

Untuk menjawab pertanyaan di atas, saya menggunakan rumus 5W1H atau dalam Bahasa Indonesia menggunakan kata tanya Apa, Siapa, Kapan, Dimana, Bagaimana untuk memperjelas kesimpulan tentang Pembelajaran Berdiferensiasi.

Apa pengertian pembelajaran berdiferensiasi pembelajaran berdiferensiasi?

Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan dan berorientasi pada murid. Berapa hal yang perlu diperhatikan guru terkait pembelajaran diferensiasi antara lain adalah kurikulum, merespon kebutuhan belajar siswa, lingkungan belajar, manejemen kelas, dan penilaian berkelanjutan. Pembelajaran diferensiasi juga memberikan kebebasan kepada siswa untuk  berkreatifitas sesuai dengan potensi dan kebutuhan belajarnya.

Siapa saja yang terlibat dalam pembelajaran berdiferensiasi?

Yang terlibat dalam pembelajaran diferensiasi adalah siswa dan guru. Siswa sebagai pusat pembelajaran dan guru memberikan tuntunan ataun bimbingan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan belajar murid.

Kapan mengimplementasikan pembelajaran diferensiasi?

Pada saat proses pembelajaran

Dimana pembelajaran diferensiasi dilaksanakan?

Di kelas

Mengapa kita menerapkan pembelajaran berdiferensiasi?

Pembelajaran yang dilakukan oleh guru di kelas tentunyaa mempunyai tujuan tertentu. Demikian pula dengan implementasi pembelajaran berdiferensiasi memiliki beragam tujuan, antara lain:

a. Tujuan pembelajaran didefinisikan secara jelas. Sebelum mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi, guru harus paham capaian pembelajaran dan tujuan pembelajaran agar dapat menentukan bagaimana ia dapat membantu murid-murid untuk mencapainya.

b. Pembelajaran berdiferensiasi merespon kebutuhan belajar murid. Melalui pembelajaran berdiferensiasi diharapkan dapat memenuhi kebutuhan belajar yang dilakukan dengan melakukan identifikasi kebutuhan belajar, yang menyangkut aspek kesiapan belajar, minat belajar dan profil belajar atau gaya belajar murid.

c. Lingkungan belajar murid yang mengundang siswa untuk belajar. Lingkungan belajar merupakan faktor yang penting untuk memotivasi belajar. Selain lingkungan belajar yang aman dan nyaman untuk belajar, lingkungan belajar sebaiknya juga didesain menjadi beragam sumber belajar.

d.Pembelajaran diferensiasi menjadikan manajemen belajar yang efektif. Melalui manajemen berbasis kebutuhan siswa, maka pembelajaran akan lebih efektif dalam memberikan dan memenuhi kebutuhan siswa. Pembelajaran lebih terarah karena sudah dipetakan berdasarkan kebutuhan siswa.

e. Pembelajaran berdiferensiasi menerapkan penilaian berkelanjutan. Pada pembelajaran berdiferensiasi siswa diberikan kebebasan atau kemerdekaan dalam untuk menentukan sendiri bentuk penilaiannya sesuai dengan bakat, minat dan potensi siswa. Penilaian dilakukan untuk refleksi perbaikan selanjutnya.


2. Bagaimana pembelajaran berdiferensiasi dapat memenuhi kebutuhan belajar murid dan membantu mencapai hasil belajar yang optimal?

Pembelajaran diferensiasi dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa. Oleh karena itu guru harus menggali kebutuhan apa yang dibutuhkan oleh siswa. Kebutuhan siswa menyangkut 3 aspek, yaitu antara lain:

1. Kesiapan belajar

Kesiapan belajar disebut juga sebagai readiness yaitu bagaimana kesiapan belajar siswa dalam menerima materi baru. Guru memetakan kesiapan siswa, mana siswa yang bisa sudah bisa belajar mandiri dan mana siswa yang masih bergantung pada guru.

2. Minat belajar

Minat belajar adalah kecenderungan belajar siswa. Karena setiap siswa memiliki beragam karakteristik sehingga minat belajar siswa antara yang satu dengan yang lain tentunya juga berbeda.

3. Profil belajar

Profil belajar adalah gaya belajar yang dimiliki oleh siswa. Pendekatan yang di sukai murid pada saat belajar, atau gaya belajar siswa yang  dipengaruhi oleh faktor lingkungan, budaya, visual, auditori dan kinestetik.

Dalam pembelajaran berdiferensiasi menggunakan tiga stategi pembelajaran diferensiasi, antara lain:

a. Diferensiasi konten, yaitu terkait sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran, antara lain buku, video, PPT, info grafis, artikel Koran dan lain-lain.

b. Diferensiasi proses, yaitu terkait dengan strategi atau model pembelajaran yang dilakukan di kelas pada saat proses pembelajaran.

c. Diferensiasi produk, yaitu produk penugasan yang disesuaikan dengan kemamapuan yang dimiiki oleh siswa. Siswa memiliki kemerdekaan dalam menentukan pilihannya masing-masing.

Pembelajaran berdiferensiasi yang berpusat pada siswa dan kebutuhan belajar murid akan membantu siswa dalam mencapai hasil belajar siswa yang optimal. Asesmen yang dilakukan pada pembelajaran berdiferensiasi adalah bertujuan untuk perbaikan pembelajaran dengan memberikan kemerdekaan siswa dalam menentukan sendiri bentuk penugasan dalam penilainnya. Pembelajaran berdiferensiasi juga memberikan penilaian berkelanjutan dalam upaya membantu siswa mencapai hasil pembelajaran yang optimal.

 

3. Menjelaskan keterkaitan antara materi dalam modul ini dengan modul lain di Program Pendidikan Guru Penggerak.

a. Keterkaitan antara pembelajaran berdiferensiasi dengan Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara (KHD).

 Berdasarkan filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara bahwa pembelajaran harus berpihak dan berpusat pada siswa, sehingga dapat berkembang sesuai dengan kekuatan kodratnya masing-masing baik kodrat alam dan kodrat zaman.

b. Keterkaitan antara pembelajaran berdiferensiasi dengan Nilai dan Peran Guru Penggerak  

Bahwa guru penggerak sebagai agen transformasi pendidikan di Indonesia harus mampu mengambil peran dalam sebagai pemimpin pembelajaran yang salah satunya yaitu mengimplementasi pembelajaran berdiferensiasi. Guru harus mampu berkolaborasi dengan teman sejawat dan orang tua siswa dalam rangka mendapatkan informasi untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa dan menciptakan lingkungan pembelajaran yang berpihak pada siswa.

c. Keterkaitan antara pembelajaran berdiferensiasi dengan Visi Guru Penggerak

Guru penggerak harus memiiki visi membuat perubahan positif dalam pembelajaran yang memberikan layanan pendidikan sesuai dengan kebutuhan belajar siswa. Melalui strategi pendekatan Inquiry Apresiatif (IA) dengan menggunakan tahapan BAGJA maka guru akan menemukan peluang, potensi, dan kekuatan yang dimilikinya untuk mewujudkan Visi tentang murid impiannya. Murid impian salah satu indikatornya adalah terpenuhinya kebutuhan belajarnya.

d. Keterkaitan antara pembelajaran berdiferensiasi dengan Budaya Positif

Guru penggerak sebagai pemimpin pembelajaran harus membawa perubahan nyata dan membentuk atmosfir lingkungan yang positif, terutama baik di kelas ataupun di sekolah. Dalam implemetasi pembelajaran berdiferensiasi guru penggerak harus mampu mendorong dan menjadi teladan perubahan budaya positif khususnya bagi siswanya di kelas. Lingkungan belajar positif akan terwujud jika semua komunitas belajar menerapkan budaya positif yang lahir dari motivasi internal masing-masing.

Semoga Bermanfaat

Salam Bahagia

 

Rangkuman Koneksi Antar Materi - Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin Nama  : Suprapto CGP     : ...